• mtsmubuwek@gmail.com
  • Randuagung Lumajang
Artikel
Meneladani RA. Kartini di Era Digital

Meneladani RA. Kartini di Era Digital

Oleh : Husin, S.Pd.I., MA *)

Setiap tanggal 21 April, bangsa Indonesia memperingati Hari Kartini. Hari Kartini merupakan hari yang diperingati secara nasional untuk mengenang perjuangan Raden Ajeng Kartini sebagai pelopor kebangkitan perempuan-perempuan di Nusantara. Kartini hidup di masa penjajahan, saat perempuan dibatasi peran dan ruang geraknya. Perempuan identik dengan wilayah urusan domestik yakni hanya di dapur, sumur, dan kasur. Namun melalui pikirannya yang cemerlang dan surat-suratnya yang menyentuh, Kartini membuka jalan untuk perubahan perempuan-perempuan Indonesia.

Di era digital seperti sekarang ini, dimana dunia telah berubah dengan begitu cepat, teknologi semakin canggih, dan informasi bisa diakses hanya dalam hitungan detik. Namun, apakah semangat Kartini masih relevan? Jawabannya: sangat relevan. Bahkan, semakin dibutuhkan.

Kartini dan Literasi: Dari Pena ke Media Sosial

Kartini dikenal karena kecintaannya pada literasi. Ia menulis surat, membaca buku berbahasa Belanda, dan berpikir kritis terhadap budaya patriarki. Di era digital, kita punya media sosial mulai dari Facebook, Instagram, Treads, X, blog, dan kanal YouTube. Media tersebut bisa kita gunakan untuk menulis, berbicara, dan menyebarkan gagasan positif ke dunia luas yang tak terbatas.

Meneladani Kartini berarti menggunakan media sosial untuk hal-hal bermanfaat: berbagi ilmu, menyuarakan kebaikan, mendukung sesama, bukan sekadar viral tanpa nilai. Apalagi sampai berani melanggar dan menabrak aturan agama dan syariat Islam hanya demi mendapatkan cuan.

Kartini dan Pendidikan: Dulu Terbatas, Kini Terbuka

Kartini memperjuangkan agar perempuan bisa sekolah. Kini, pendidikan terbuka lebar, bahkan bisa diakses gratis lewat internet: e-learning, kursus online, webinar, dan lainnya.

Meneladani Kartini berarti: memanfaatkan peluang belajar yang ada. Jadilah perempuan (dan laki-laki) yang cerdas, berilmu, dan mau terus belajar demi masa depan yang cemerlang.

Kartini dan Perjuangan: Dari Keterbatasan Menuju Perubahan

Kartini hidup di masa penuh keterbatasan. Tapi ia tak menyerah, terus berikhtiar dan berjuang untuk kehidupan yang lebih baik. Kini, kita hidup di zaman yang lebih bebas. Tapi tantangannya adalah kebebasan tanpa arah. Kebebasan bukan berarti bebas sebebas-bebasnya tanpa aturan. Kebebasan harus diarahkan untuk hal-hal kebaikan bersama.

Meneladani Kartini berarti kita mampu menggunakan kebebasan untuk hal-hal yang membangun. Jangan mudah terprovokasi hoaks, ujaran kebencian, atau budaya instan. Jadilah generasi yang punya prinsip dan nilai.

Kartini Ada di Dalam Diri Kita

R.A. Kartini telah tiada, tapi semangatnya hidup dalam setiap perempuan dan pemuda yang berjuang lewat pikiran, karya, dan pendidikan. Di era digital ini, mari kita menjadi Kartini-Kartini masa kini—yang tak hanya cerdas dan mandiri, tapi juga bijak dan berdampak.

“Habis Gelap, Terbitlah Terang” bukan sekadar semboyan, tapi panggilan untuk terus belajar, berpikir, dan bergerak maju.

*) Kepala MTs Miftahul Ulum Buwek