
Isra’ Mi’raj : Momentum Memperbaiki Kualitas Shalat
Isra’ Mi’raj merupakan perjalanan spiritual Rasulullah saw yang sangat luar biasa dan maha dahsyat yang terjadi dalam waktu semalam. Peristiwa ini menjadi peristiwa penting dalam lintasan sejarah Islam. Dalam peristiwa ini, Nabi Muhammad SAW diperjalankan oleh Allah SWT di malam hari yang dimulai dari Masjid Al-Haraam menuju ke Masjid Al-Aqsha di Palestina (Isra’). Perjalanan tersebut kemudian dilanjutkan naik ke Sidratul Muntaha (Mi’raj). Allah
سُبْحٰنَ الَّذِيْٓ اَسْرٰى بِعَبْدِهٖ لَيْلًا مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ اِلَى الْمَسْجِدِ الْاَقْصَا الَّذِيْ بٰرَكْنَا حَوْلَهٗ لِنُرِيَهٗ مِنْ اٰيٰتِنَاۗ اِنَّهٗ هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ ١
Mahasuci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidilaqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.
Salah satu hikmah dan momentum terbesar dan bersejarah dari peristiwa tersebut adalah diterimanya perintah mengerjakan shalat lima waktu, yang menjadi kewajiban utama dan pertama bagi setiap Muslim setelah mengucapkan dua kalimat syahadat
Peringatan Isra’ Mi’raj yang diperingati setiap tahun oleh ummat Islam dengan berbagai acara seremonial sejatinya bukan hanya sekadar mengenang peristiwa maha dahsyat tersebut. Peringatan Isra’ Mi’raj seharusnya menjadi momentum bagi ummat Islam untuk melakukan refleksi dan mengevaluasi kualitas shalat kita selama ini. Shalat bukan hanya rutinitas harian, bukan hanya sekedar kewajiban yang menjadi beban, melainkan sarana komunikasi langsung dengan Allah SWT, sekaligus cermin keimanan dan ketakwaan seorang Muslim.
Hakikat Shalat Sesungguhnya
Shalat adalah ibadah utama yang akan pertama kali dihisab di Hari Akhir. Shalat merupakan barometer bagi seorang muslim. Jika shalatnya baik, maka bisa dipastikan seluruh perbuatan yang dilakukan adalah hanyalah kebaikan. Shalat yang baik juga akan menghindarkan seseorang dari perbedaan buruk dan terlarang.
Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:
إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ تَنۡهَىٰ عَنِ ٱلۡفَحۡشَاۤءِ وَٱلۡمُنكَرِۗ وَلَذِكۡرُ ٱللَّهِ أَكۡبَرُۗ وَٱللَّهُ یَعۡلَمُ مَا تَصۡنَعُونَ
“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar” (QS. Al-Ankabut: 45).
Ayat ini menunjukkan bahwa shalat yang sesungguhnya tidak hanya berdampak pada hubungan vertikal kita dengan Allah SWT, tetapi juga mampu memperbaiki hubungan horizontal dengan sesama manusia dalam kehidupan di dunia. Namun, sering kali kita melakukan shalat sekadar sebagai kewajiban formal tanpa memahami esensi dan keutamaan di baliknya. Sehingga shalat kita tidak berdampak apapun bagi kita baik individual maupun sosial.
Karenanya, peringatan Isra’ Mi’raj menjadi momen yang tepat untuk mengevaluasi apakah shalat kita sudah benar-benar khusyuk dan memberikan pengaruh positif dalam kehidupan sehari-hari. Untuk meningkatkan kualitas shalat, berikut beberapa hal yang dapat kita renungkan:
Niat dan Tujuan yang Benar
Apakah shalat yang kita lakukan semata-mata karena Allah, ataukah hanya karena rutinitas dan formalitas? Atau kita melaksanakan shalat lima waktu karena kerena keterpaksaan ataukah karena kabutuhan? Keikhlasan adalah kunci agar shalat menjadi bermakna dan bernilai ibadah yang diterima oleh Allah. Bukankah di awal kita shalat kita sudah mengakui bahwa shalat kita, ibadah kita, hidup dan mati semua kita orientasikan semata-mata untuk beribadah karena Allah
. اِنَّ صَلَاتِيْ وَنُسُكِيْ وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِيْ لِلّهِ رَبِّ الْعَا لَمِيْنَ. لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَبِذَلِكَ اُمِرْتُ وَاَنَا مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ
Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah Tuhan Semesta Alam, yang tidak ada sekutu bagi-Nya. Dengan yang demikian itulah aku diperintahkan untuk tidak menyekutukan-Nya. Dan aku adalah termasuk orang-orang muslim.”
Ikhtiar Khusyuk
Khusyuk adalah salah satu syarat agar shalat diterima. Khusyuk dapat dicapai dengan memahami makna bacaan shalat dan menghadirkan hati dalam setiap gerakan dan doa.
قَدۡ أَفۡلَحَ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ١ ٱلَّذِینَ هُمۡ فِی صَلَاتِهِمۡ خَـٰشِعُونَ ٢
Sungguh, beruntunglah orang-orang mukmin.(Yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam salatnya. (Al-Mu’minūn:1-2]
On Time dan Disiplin Waktu
Shalat pada awal waktu menunjukkan kedisiplinan dan kecintaan kita terhadap Allah. Jangan sampai kita menunda-nunda shalat tanpa alasan yang mendesak.
سُئِلَ رسولُ اللَّهِ ﷺ أيُّ الأعمالِ أفضلُ؟ فقالَ: الصَّلاةُ في أوَّلِ وقتِها
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya, amalan apakah yang paling afdhol. Beliau pun menjawab, “Shalat di awal waktunya.” (HR. Abu Daud)
Peristiwa Isra’ Mi’raj adalah pengingat bahwa shalat adalah hadiah istimewa dari Allah kepada umat Islam. Sebagaimana Nabi Muhammad SAW menempuh perjalanan luar biasa untuk mendapatkan perintah shalat, kita pun seharusnya menghargai ibadah ini dengan melaksanakannya secara sungguh-sungguh.
Isra Mi’raj mengingatkan kita bahwa shalat adalah hadiah istimewa langsung dari Allah, hasil perjalanan agung Nabi Muhammad SAW ke langit. Mari kita evaluasi shalat kita, apakah sudah menjadi jalan mendekatkan diri kepada-Nya sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah? Jangan hanya melaksanakan kewajiban, tetapi hadirkan hati dan maknai setiap gerakan sebagai langkah menuju ridha-Nya
Shalat adalah pertemuan kita dengan Sang Pencipta, cermin hati dan keimanan kita. Mari kita evaluasi setiap gerakan dan doa, bukan untuk mencari kesempurnaan, tapi untuk memastikan bahwa hati kita benar-benar hadir dalam setiap sujud.
*) Penulis : Ibnu Ad. Karim (Guru MTs Miftahul Ulum Buwek Randuagung Lumajang)