Begini Cara Rasulullah saw Menjemput Lailatul Qadar
Ramadhan bulan mulia yang penuh dengan keistimewaan dan keberkahan. Keberkahan tersebut tidak hanya karena dilipatgandakan pahala kebaikan dan limpahan ampunan Allah bagi orang-orang yang melaksanakan ibadah berpuasa dengan sungguh-sungguh.
Salah satu keistimewaan bulan Ramadhan yang banyak diharapkan dan didambakan oleh setiap muslim adalah malam Lailatul Qadar yaitu malam yang keutamaannya lebih baik dari 1000 bulan.
Terlebih di penghujung bulan Ramadhan yaitu hari sepuluh terakhir yakni mulai tanggal 21 hingga akhir Ramadhan.
Gambaran ini terlihat dari hadits yang diceritakan oleh istri beliau Sayyidah ‘Aisyah RA.
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : ” تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِي الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ ” (رواه البخاري)
dari ‘Aisyah radliallahu ‘anha bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Carilah Lailatul Qadar pada malam yang ganjil dalam sepuluh malam yang akhir dari Ramadhan”. (HR Bukhari)
Pada hari-hari terakhir inilah Rasulullah saw memberikan perhatian lebih dan perlakuan khusus dibandingkan dengan dengan hari-hari lainnya di bulan Ramadhan. Seakan-akan Rasulullah saw ingin memberi kode dan sinyal kepada seluruh ummatnya bahwa sepuluh terakhir terakhir hari-hari Ramadhan adalah waktunya beribadah secara ekstra dan maksimal. Rasulullah Saw juga memberikan rambu-rambu kepada ummatnya bahwa malam Lailatul Qadar itu akan terjadi di sepuluh terakhir bulan Ramadhan.
قَالَتْ عَائِشَةُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا : كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجْتَهِدُ فِي الْعَشْرِ لأَوَاخِرِ مَا لَا يَجْتَهِدُ فِي غَيْرِهِ.
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat bersungguh-sungguh pada sepuluh hari terakhir (di bulan Ramadhan), melebihi kesungguhan beliau di hari lain” (HR. Muslim)
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، قَالَتْ : كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ أَحْيَا اللَّيْلَ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ، وَجَدَّ، وَشَدَّ الْمِئْزَرَ . (رواه مسلم)
Dari Aisyah ra, ia berkata, “Ketika Rasulullah SAW memasuki sepuluh terakhir (Ramadhan), maka beliau menghidupkan malam-malamnya (dengan qiamullail), membangunkan keluarganya dan bersungguh-sungguh (dalam beribadah) serta mengencangkan sarungnya.” (HR Muslim)
Cerita Sayyidah Aisyah dalam hadits di atas menunjukkan keseriusan dan kesungguhan Rasulullah dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas beribadah di sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan. Mengencangkan sarung merupakan sebuah bahasa sebagai kiasan bahwa Rasulullah saw shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak berkumpul dengan istri-istrinya di malam hari 10 terakhir bulan Ramadhan dalam rangka menghidupkan malam-malam terakhir Ramadhan dengan fokus beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Bahkan Rasulullah saw memberikan teladan kepada kita agar kita juga membangunkan dan mengajak keluarga kita untuk bersama-sama menghidupkan dan menjemput Lailatul Qadar.
Namun demikian tidak ada satupun ulama yang dapat memastikan kapan pastinya terjadinya malam Lailatul Qadar karena karena Lailatul Qadr adalah rahasia Allah. Maka agar kita tetap mendapatkan keutamaan Lailatul Qadar mulai nanti malam (31 Maret 2024) absen untuk melakukan kebaikan dan ibadah sekecil apapun, mulai baca Al-Qur’an, Dzikir, shalat malam, sedekah dan ibadah yang lain.
Referens : Shahih Al-Bukhari, Shahih Muslim,
Ditulis oleh: Ibnu Abd Karim Guru MTs. Miftahul Ulum Buwek