• mtsmubuwek@gmail.com
  • Randuagung Lumajang
Artikel
Peran Orang Tua dalam Pendidikan Keluarga (Refleksi Hardiknas 2024)

Peran Orang Tua dalam Pendidikan Keluarga (Refleksi Hardiknas 2024)

Pada dasarnya, mendidik anak bukanlah tugas seorang guru atau sekolah tetapi adalah salah satu tugas utama dan kewajiban orang tua yang diperintahkan oleh Allah dalam Al-Qur’an dan juga diperintah oleh Rasulullah saw. Allah berfirman:

یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ قُوۤا۟ أَنفُسَكُمۡ وَأَهۡلِیكُمۡ نَارࣰا وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلۡحِجَارَةُ عَلَیۡهَا مَلَـٰۤىِٕكَةٌ غِلَاظࣱ شِدَادࣱ لَّا یَعۡصُونَ ٱللَّهَ مَاۤ أَمَرَهُمۡ وَیَفۡعَلُونَ مَا یُؤۡمَرُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. At-Tahrim: 6).

Imam Thabari dalam tafsirnya Jami’ul Bayan Fi Tafsir Al-Qur’an mengatakan “Wahai orang-orang yang beriman,” yakni, “Wahai orang-orang yang telah menyatakan diri beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, (peliharah dirimu dan keluarga),” Dalam Tafsirnya maksud potongan ayat ini adalah ajarkankah dan didiklah keluargamu; istri, anak-anak dan orang-orang terdekat) ilmu pengetahuan yang dapat menyelamatkan dan membebaskan mereka dari api neraka. Dengan demikian materi pokok dan dasar yang harus diajarkan adalah materi keagamaan mulai akidah, ibadah dan akhlak. Anak-anak harus dikenalkan dengan Allah dan Rasul-Nya dan hal-hal yang harus diyakini dengan benar sesuai tuntunan Rasulullah dan para ulamanya. Keimanan yang kuat dan benar merupakan pondasi untuk menjalankan ibadah sebagai konsekuensi dari keimanan dan keislaman.

Materi selanjutnya yang harus ditanamkan dan diajarkan kepada anak-anak dan keluarga adalah ilmu pengetahuan tentang bagaimana cara beribadah kepada Allah dengan baik dan benar mulai dari tatacara shalat, zakat, puasa dan haji. Tidak hanya itu anak-anak juga perlu diberikan pemahaman tujuan, hikmah dan filosofi dari semua ibadah yang diperintah oleh Allah SWT. Materi dasar terakhir adalah tentang akhlak, adab dan moral. Pengetahuan yang tinggi yang tidak disertai dengan akhlak, makan akan sia-sia dan tak bermakna.

Ibnu al-Jauzi -raḍiyallāhu ‘anhu- berkata, “Dikisahkan ada seorang raja yang memiliki banyak harta. Sang Raja hanya memiliki seorang anak perempuan. Sang Raja sangat mencintai dan memanjakan putrinya. Kehidupannya penuh dengan gelamor dan berbagai kesenangan serta kemewahan duniawi.

Di sisi yang lain, sang Raja memiliki seorang budak yang ahli ibadah yang sangat dekat sang raja. Pada suatu malam, sang budak membaca Al-Qur’an dengan suara keras yaitu firman Allah

یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوا۟ قُوۤا۟ أَنفُسَكُمۡ وَأَهۡلِیكُمۡ نَارࣰا وَقُودُهَا ٱلنَّاسُ وَٱلۡحِجَارَةُ عَلَیۡهَا مَلَـٰۤىِٕكَةٌ غِلَاظࣱ شِدَادࣱ لَّا یَعۡصُونَ ٱللَّهَ مَاۤ أَمَرَهُمۡ وَیَفۡعَلُونَ مَا یُؤۡمَرُونَ

Putri sang Raja pun mendengar bacaan sang budak tersebut. Kemudian ia pun berkata kepada para dayang-dayangnya agar menyuruh sang budak menghentikan bacaan Al-Qur’an nya: Sang budak tersebut terus mengulang-ulang ayat tersebut. Sang putri raja pun meminta para dayang-dayangnya menyuruh untuk sang budak berhenti membaca Al-Qur’an. Tetapi ia tetap mereka tidak berhenti.

Kemudian sang putri Raja memasukkan tangannya ke dalam saku dan merobek-robek pakaiannya sembari menangis. Para dayang-dayang langsung pergi menghadap sang Raja dan menceritakan kisah tersebut. Sang Raja pun mendatanginya dan berkata, “Wahai Putri kesayanganku, bagaimana kondisimu malam ini, apakah yang telah membuatmu menangis?” Dia memeluknya dan berkata, “Demi Allah…Aku bertanya kepada engkau wahai ayah, apakah ada sebuah rumah yang di dalamnya terdapat api yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu?” Sang Raja berkata, “Ya ada anakku, “Apa yang menghalangimu, wahai ayah, untuk memberitahuku? Demi Allah, aku tidak akan makan makanan yang enak dan tidak akan tidur di kasur yang empuk hingga aku tahu di mana tempat tinggalku kelak, apakah di Surga atau di Neraka.” (Kitab Shafwatus Shafwah)

Mendidik anak tidak hanya dengan memberikan kesenangan dan kemewahan dunia tetapi juga memberikan peringatan dan rasa tanggung jawab sehingga dia mampu menjaga dirinya dari siksa neraka kelak di akhirat.

Dan yang paling penting dalam pendidikan anak adalah bagaimana orang tua mampu membangun dan menciptakan sebuah lingkungan yang dapat membuat anak-anak bisa belajar dari lingkungan tersebut khususnya orang tua yang memberikan contoh dan menjadi teladan bagi mereka. Rasulullah saw bersabda

كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ (رواه البخاري)

“Setiap anak yang lahir dilahirkan di atas fitrah (suci). Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi” (HR. Al-Bukhari).

Penulis : Ibnu Ad Karim (Guru MTs Miftahul Ulum Buwek)

Leave a Reply