Mendidik dengan Hati, Cinta dan Doa Ala Rasulullah saw
Acapkai seorang pendidik (guru) menempatkan dirinya seperti seorang raja yang memiliki kekuasaan seperti penguasa monarki di ruang kelas. Seluruh sabda dan titahnya harus ditaati dan tidak boleh dibantah . Seluruh kebijakan dan keputusannya tidak boleh diganggu gugat serta memiliki kekuasaan yang mutlak. Dan bahkan ada lebih parah lagi, seorang guru menganggap dirinya tidak pernah melakukan sebuah kesalahan sehingga tidak bisa disalahkan “the teacher never do wrong”.
Ketika menghadapi murid yang membuat masalah di kelas, terkadang memiliki kecenderungan ingin segera menuntaskan masalah. Namun demikian sikap tersebut justru malah menjadi masalah dan menimbulkan masalah baru. Seperti memarahi dan mencela siswa di depan teman-temannya atau di depan guru yang lain.
Perilaku guru seperti di atas tidak akan menyelesaikan masalah tetapi akan menimbulkan masalah yang lain yang lebih berbahaya bagi masa depan siswa. Siswa akan menanggung malu dan minder karena aibnya diketahui orang lain. Persoalan lain dia tidak akan lagi memghormati guru yang mencela dan mengomentari keburukannya. Dan bahkan bisa jadi siswa tersebut bisa drop out dari sekolah karena sudah tidak merasa nyaman lagi di tempat dia belajar.
Mendidik bukan hanya mentransfer pengetahuan dan keterampilan semata. Mendidik juga penanaman nilai-nilai dan prinsip hidup dan kehidupan. Mendidik harus dengan hati dan pendekatan emosinal. Mendidik harus dengan kesabaran dan kesungguhan. Mendidik buruh ketelatenan dan keteladanan. Mendidik harus dengan keramahan bukan kemarahan. Mendidik harus dengan cinta dan kasih sayang. Dengan demikian, tujuan pendidikan dapat terwujud secara efektif. Di samping itu, seorang guru harus menjadi pribadi yang dekat dengan Allah dan senantiasa mendoakan anak didiknya agar menjadi pribadi-pribadi yang shaleh baik personal maupun shaleh sosial. Karena Allah lah yang Dzat yang Maha Mengubah segalanya.
Sebagai seorang pendidik, kita patut menjadikan Rasulullah saw sebagai teladan dalam mendidik ummatnya sebagaimana tergambar dalam sebuah hadits dari sahabat Abi Umamah Al-Bahily, yang bercerita:
إنَّ فتًى شابًّا أتى النبيَّ صلَّى اللهُ عليهِ وسلَّمَ فقال : يا رسولَ اللهِ ائذنْ لي بالزِّنا فأقبل القومُ عليه فزجَروه وقالوا : مَهْ مَهْ فقال : ادنُهْ فدنا منه قريبًا قال : فجلس قال : أَتُحبُّه لِأُمِّكَ ؟ قال : لا واللهِ جعلني اللهُ فداءَك قال : ولا الناسُ يُحبونَه لأُمهاتِهم قال : أفتُحبُّه لابنتِك قال : لا واللهِ يا رسولَ اللهِ جعلني اللهُ فداءَك قال : ولا الناسُ يُحبونَه لبناتِهم قال : أفتُحبُّه لأُختِك قال : لا واللهِ جعلني اللهُ فداءَك قال : ولا الناسُ يُحبونَه لأَخَواتِهم قال : أَفتُحبُّه لعمَّتِك قال : لا واللهِ جعلني اللهُ فداءَكَ قال : ولا النَّاسُ يُحبُّونَه لعمَّاتِهم قال : أفتُحبُّه لخالتِك قال : لا واللهِ جعلني اللهُ فداءَكَ قال : ولا النَّاسُ يحبونَه لخالاتِهم قال : فوضع يدَه عليه وقال : اللهمَّ اغفرْ ذنبَه وطهِّرْ قلبَه وحصِّنْ فرْجَهُ فلم يكن بعد ذلك الفتى يلتفتُ إلى شيءٍ.
Sesungguhnya ada seorang pemuda datang kepada Nabi Muhammad Saw seraya berkata: Wahai Rasulullah, izinkan aku untuk melakukan zina”, Maka sejumlah orang terus menghampiri pemuda itu dan memarahi dan mencegahnya, mereka berkata : “Diam kamu!” Maka berkata Rasulullah, “Dekatkanlah pemuda itu (kepadaku)” Lalu beliau berkata kepadanya, “Duduklah!” Maka pemuda itu pun duduk. “Apakah kamu senang ada seseorang IIyang berzina dengan ibumu?” tanya Rasulullah. Pemuda itu menjawab, “Demi Allah, tidak. Semoga Allah menjadikanmu sebagai tebusanmu” Rasulullah bersabda, “Begitu pula orang lain, tidak ada yang senang ibunya berzina dengan orang lain.” “Apakah kamu senang jika seorang berzina dengan anak perempuanmu?” tanya Rasulullah. Pemuda itu menjawab,”Demi Allah, tidak. Semoga Allah menjadikanku sebagai tebusanmu” Rasulullah bersabda,”Begitu pula orang lain, tidak ada orang senang anak perempuannya berzina.” “Apakah kamu senang jika seseorang berzina dengan saudari perempuanmu?” Tanya Rasulullah. Pemuda itu menjawab: ”Demi Allah, tidak. Semoga Allah menjadikanku sebagai tebusanmu”. Rasulullah berkata: ”Begitu pula orang lain, tidak ada orang yang senang saudari perempuannya berzina dengan orang lain.” “Apakah kamu senang jika seseorang berzina dengan saudara perempuan ayahmu?” tanya Rasulullah. Pemuda itu menjawab: ”Demi Allah, tidak. Semoga Allah menjadikanku sebagai tebusanmu”. Rasulullah bersabda: ”Begitu pula orang lain, tidak ada yang senang saudara perempuan ayahmu berzina dengan orang lain.” “Apakah kamu senang jika seseorang berzina dengan dengan saudara perempuan ibumu?”.Pemuda itu menjawab,”Demi Allah, tidak. Semoga Allah menjadikanku sebagai tebusanmu”. Rasulullah bersabda: ”Begitu pula orang lain, tidak ada yang senang saudari ibunya berzina dengan orang lain” Lalu Rasulullah meletakkan tangan beliau ke atas tubuh pemuda itu, sembari berdo’a: ”Ya Allah ampunilah dosa-dosanya, bersihkanlah hatinya dan peliharalah kemaluannya” Perawi berkata,”Semenjak persis tersebut, pemuda itu tidak lagi menoleh kepada sesuatu apa pun (yang diharamkan.
(Kitab As-Silsilah As-Shahihah : Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani)
Dalam hadits tersebut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memberikan contoh kepada kita bagaimana cara menghadapi murid yang aneh-aneh yaitu di saat ada seorang pemuda dengan penuh kejujuran mengatakan “izinkan saya berzina wahai Rasulullah”. Rasulullah sebagai seorang pendidik tidak langsung marah dan emosi. Karena Rasulullah memahami kondisi dan psikologi pemuda tersebut. Pemuda tersebut membutuhkan solusi, bukan dicaci dan dihakimi.
Dalam hadits tersebut, Rasulullah saw mengajarkan kepada kita akan pentingnya sebuah kedekatan seorang pendidik dengan anak didiknya baik personal maupun emosional. Dalam menghadapi pemuda yang meminta izin berzina tersebut, Rasulullah saw tidak marai dan membully. Dengan penuh kesabaran, Rasulullah saw mengajak pemuda tersebut berdiskusi dan berpikir logis atas keinginannya yang terlarang tersebut.
Teladan lain yang bisa kita ambil adalah jangan pernah lupa mendo’akan anak didik kita. Do’a adalah senjata seorang orang yang beriman kepada Allah. Sebagai seorang guru kita hanya bisa memberikan petunjuk, penjelasan dan nasihat. Adapun yang bisa memalingkan hati, melembutkan hati mereka adalah Allah swt. Ketuklah pintu langit dengan mendo’akan kebaikan untuk anak-anak kita. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mencontohkan dalam hal ini dengan mendoakan pemuda tersebut dengan doanya
اللهمَّ اغفرْ ذنبَه وطهِّرْ قلبَه وحصِّنْ فرجه
“Ya Allah ampunilah dosa-dosanya, bersihkanlah hatinya dan peliharalah kemaluannya”
Semoga kita diberikan kekuatan oleh Allah untuk meneladani Rasulullah saw dalam segala aspek kehidupan kita. Amin ya Rabbal Alamin
Penulis: Ibnu Ad Karim (Guru MTs Miftahul Ulum Buwek). Artikel ini juga telah dipublis di www.mihwar.id