• mtsmubuwek@gmail.com
  • Randuagung Lumajang
Artikel
Jangan Ucapkan Selamat Tinggal Ramadhan

Jangan Ucapkan Selamat Tinggal Ramadhan

Oleh : Ibnu Ad Karim *)

Hari ini kita telah berada di penghujung Ramadhan. Setelah terbenamnya matahari maka kita sudah memasuki bulan Syawal. Memang benar Ramadhan adalah bulan yang penuh berkah. Bulan yang penuh maghfirah dan Rahmat .Selama Ramadan umat Islam berlomba-lomba dalam kebaikan, meningkatkan ibadah, dan memperkuat hubungan dengan Allah serta membangun harmoni dengan sesama.

Namun, sering kali saat Ramadhan berakhir, kita merasakan kehilangan yang mendalam. Sehingga sebagian orang banyak yang mengucapkan “selamat tinggal” pada bulan suci ini, seolah-olah setelahnya tidak ada lagi ada lagi Ramadhan. Seakan-akan sudah tidak ada lagi kesempatan untuk terus meningkatkan kualitas dan kuantitas beribadah dengan sungguh-sungguh. Padahal, sudah pasti bulan Ramadhan akan datang kembali di tahun-tahun mendatang. Yang paling penting adalah bagaimana kita menjaga semangat Ramadhan tetap menyala dalam kehidupan sehari-hari.

Selama Ramadhan, kita terbiasa dengan shalat malam (shalat tarawih dan witir), tadarus Al-Qur’an, bersedekah, dan menahan hawa nafsu dan lain-lain. Semua kebiasaan baik ini sudah barang tentu bukan hanya untuk diamalkan di bulan Ramadhan saja, melainkan seharusnya menjadi bagian dari kehidupan seorang Muslim sepanjang tahun. Jangan biarkan semangat ibadah hanya menjadi euforia sesaat yang hilang begitu bulan Syawal tiba.

Ramadhan adalah bulan latihan, latihan kedisiplinan, latihan menahan hawa nafsu dan amarah, latihan membangun kepekaan sosial. Ramadhan adalah momentum melatih diri untuk membentuk karakter yang lebih baik. Ketika kita telah terbiasa dengan disiplin beribadah, menahan diri dari perbuatan sia-sia, dan meningkatkan kepedulian sosial, maka sudah seharusnya kebiasaan-kebiasaan tersebut terus dijaga dan ditingkatkan baik dari sisi kualitas maupun kuantitas. Ramadhan bukanlah akhir dari segalanya melainkan titik awal untuk menjalani kehidupan yang lebih bermakna dan lebih dekat dengan Allah.

Jika kita memang benar-benar mencintai Ramadhan, maka bukan “selamat tinggal” yang pantas diucapkan, tetapi “Ya Allah Pertemukan kami kembali dengan Ramadhan di masa mendatang” Kita harus tetap menjaga spirit Ramadhan dalam kehidupan sehari-hari dengan tetap menjalankan kebiasaan baik yang telah dibangun selama bulan suci ini. Mari jadikan Ramadhan sebagai momentum perubahan yang abadi, bukan sekadar kenangan manis yang hanya datang setahun sekali. Dengan begitu, Ramadhan tidak akan pernah benar-benar meninggalkan kita, karena nilai-nilai dan semangatnya akan selalu hidup dalam diri kita.

*) Guru MTs Miftahul Ulum Buwek